Kenaikan dolar semakin menjadi jadi, sehingga menekan nilai tukar rupiah semakin rendah terhadap dolar Amerika Serikat. Dolar AS diprediksi akan terus menguat seiring dengan ketidakpastian global yang terjadi. Pemerintah berharap masyarakat tenang menyikapi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Sementara pemerintah dalam negeri melakukan perbaikan neraca pembayaran dan perdagangan diharapkan mampu menahan gempuran tekanan dolar AS.
Menurut catatan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang tertera pada situs Bank Indonesia hingga rabu (05/09) US$1 kini setara Rp.14.927. Sejumlah bank bahkan telah menjual dolar AS seharga Rp.15.000, angka itu mencerminkan pelemahan rupiah yang sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Kian menguatnya dolar AS diyakini dipengaruhi oleh faktor eksternal, diantaranya krisis di Turki dan Argentina, kenaikan suku bunga acuan AS hingga perang dagang AS dan China.
Lalu apakah situasi saat ini sama dengan krismon 20 tahun yang lalu? Atau apakah pelemahan rupiah saat ini bisa menjadi awal mula krisis moneter terjadi?
Staf khusus presiden, Ahmad Erani Yustika mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia tentu saja berbeda jika dibandingkan dengan 1998. Kondisi saat ini jauh lebih baik. Bagaimanapun pemerintah menjamin depresiasi rupiah ini tidak akan berujung pada krisis ekonomi seperti tahun tahun 1998
Marilah kita berharap agar amukan dolar AS ini segera mereda. Supaya tidak semakin berdampak buruk terhadap semua sektor di Indonesia.
create by : Tim Purnama Academy
Comments
Post a Comment
Silahkan isi komentar atau iklan baris Anda, Jangan lupa visit social media kami di FB/Twitter/Instagram @alamatclick