Situasi Hujan deras yang menggguyur kawasan Bandung timur menyebabkan tiga rumah di Komplek Girimekar Permai Blok A RT 1/21, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung,longsor, Minggu(3/1/2016) malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut karena rumah dalam keadaan kosong akibat ditinggal pemiliknya karena para korban pemilik rumah sudah melihat indikasi terjadinya longsor sejak 28 Des 2015
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Polisi Sulistyo Pudjo Hartono, mengungkapkan, rumah yang terkena musibah longsor masing-masing milik Thaifur Hadi , 44, Ruly Setiawan, 35, dan Kusmana, 33.
Pudjo mengatakan, longsor diduga akibat hujan deras yang menyebabkan sungai di belakang perumahan tersebut meluap hingga menyebabkan pondasi bagian belakang tergerus air sungai.
"Petugas kami masih membantu evakuasi rumah warga yang terkena musibah, kerugian belum bisa diprediksi,"
Satpam kompleks, Heru, mengatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 18.30 WIB. "Bruk, suaranya keras sekali. Saat itu masih hujan," ujar Heru ditemui di lokasi.
Sementara itu salahsatu pemilik rumah yang menjadi korban, Rully, mengaku menyaksikan langsung detik-detik ambruknya rumah yang telah ia tempati sekitar delapan tahun itu.
Menurutnya hujan deras terjadi mulai pukul 17.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB, ketinggian air sungai hampir meluap. Sekitar 30 menit kemudian, baru rumah ambruk secara berurutan.
"Saat kejadian, saya memang sengaja memantau di belakang rumah, dekat pos satpam. Prosesnya hanya sekian detik rumah saya ambruk," ujar Rully.
Awalnya rumah nomor 50 milik Kusmana yang tembok belakangnya ambruk. "Setelah itu rumah saya, baru rumah milik Pak Taifur nomor 51," terangnya.
Rumah milik Rully yang luasnya sekitar 55 meter persegi itu, hanya menyisakan tembok bagian depan rumah. Tampak depan, rumah terlihat masih utuh. Begitu pula dua rumah lainnya.
Wahyudi mengatakan saat ini untuk mengantisipasi kejadian serupa, sebanyak delapan keluarga memilih untuk mengungsi.
Ditemui di lokasi kejadian, Kepala Dinas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat Anang Sudrana mengatakan kemungkinan besar rumah tersebut dibangun tanpa ada rekomendasi izin lingkungan.
"Peraturannya setiap bangunan yang dibangun di dekat bantaran sungai harus berjarak minimal sepuluh meter. Rumah-rumah ini tidak ada jarak. Jadi tidak ada space untuk aliran air," kata Anang.
Dengan tidak ada ruang untuk air mengalir, menurut Anang, membuat fondasi rumah yang dibangun di atas sungai terus tergerus air. Membuat fondasi menjadi hancur. "Ini sungai malah ditutup," katanya.
Untuk itu, Anang menambahkan, pihaknya secepatnya akan memanggil pihak developer dan pihak yang memberikan izin bangunan. "Ini sudah melanggar. Akan kami tindak," kata Anang.
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Polisi Sulistyo Pudjo Hartono, mengungkapkan, rumah yang terkena musibah longsor masing-masing milik Thaifur Hadi , 44, Ruly Setiawan, 35, dan Kusmana, 33.
Pudjo mengatakan, longsor diduga akibat hujan deras yang menyebabkan sungai di belakang perumahan tersebut meluap hingga menyebabkan pondasi bagian belakang tergerus air sungai.
"Petugas kami masih membantu evakuasi rumah warga yang terkena musibah, kerugian belum bisa diprediksi,"
Satpam kompleks, Heru, mengatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 18.30 WIB. "Bruk, suaranya keras sekali. Saat itu masih hujan," ujar Heru ditemui di lokasi.
Sementara itu salahsatu pemilik rumah yang menjadi korban, Rully, mengaku menyaksikan langsung detik-detik ambruknya rumah yang telah ia tempati sekitar delapan tahun itu.
Menurutnya hujan deras terjadi mulai pukul 17.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB, ketinggian air sungai hampir meluap. Sekitar 30 menit kemudian, baru rumah ambruk secara berurutan.
"Saat kejadian, saya memang sengaja memantau di belakang rumah, dekat pos satpam. Prosesnya hanya sekian detik rumah saya ambruk," ujar Rully.
Awalnya rumah nomor 50 milik Kusmana yang tembok belakangnya ambruk. "Setelah itu rumah saya, baru rumah milik Pak Taifur nomor 51," terangnya.
Rumah milik Rully yang luasnya sekitar 55 meter persegi itu, hanya menyisakan tembok bagian depan rumah. Tampak depan, rumah terlihat masih utuh. Begitu pula dua rumah lainnya.
Wahyudi mengatakan saat ini untuk mengantisipasi kejadian serupa, sebanyak delapan keluarga memilih untuk mengungsi.
Ditemui di lokasi kejadian, Kepala Dinas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat Anang Sudrana mengatakan kemungkinan besar rumah tersebut dibangun tanpa ada rekomendasi izin lingkungan.
"Peraturannya setiap bangunan yang dibangun di dekat bantaran sungai harus berjarak minimal sepuluh meter. Rumah-rumah ini tidak ada jarak. Jadi tidak ada space untuk aliran air," kata Anang.
Dengan tidak ada ruang untuk air mengalir, menurut Anang, membuat fondasi rumah yang dibangun di atas sungai terus tergerus air. Membuat fondasi menjadi hancur. "Ini sungai malah ditutup," katanya.
Untuk itu, Anang menambahkan, pihaknya secepatnya akan memanggil pihak developer dan pihak yang memberikan izin bangunan. "Ini sudah melanggar. Akan kami tindak," kata Anang.
Comments
Post a Comment
Silahkan isi komentar atau iklan baris Anda, Jangan lupa visit social media kami di FB/Twitter/Instagram @alamatclick